diulik mimpi siang, hari 1

jam menunjukkan sekitar waktu untuk terus mengatakan yang sepi itu tiada lagi,
waktu semakin hampir, lunak suara perindu kedengaran menyanyikan lagu-lagu rakyat untuk semua,
bagaimana dengan beliau? masih dengan sengketa? masih tidak tahu yang kita ini semua berdiri dalam fantasi tuhan atau dalam erti kata jahatnya manusia, kita masih menari dalam fiksyen maha esa. apa mahu kau terus kata tidak tahu? atau mahu terus kalah pada jurang-jurang kekurangan? waktu untuk terjerumus dalam bahagia, pedulikan sarang sengketa mereka, zuhud pada satu ruang, baru perihal syiling-syiling 'silver' dalam tidur.

redempsi mimpi isu tiga

penulisan lembut dengan unsur radikal, membudayakan 'zine'. untuk kita, kekitaan. ;)

hubungi 0145090447 untuk maklumat lanjut , ataupun email kepada m.miol@yahoo.com..


hadiah ;

=)

Over it are nineteen.

Some of my friends, would say that is better to start off your day with a cup of Nescafe?

A can of Boss’s latte?

A glass of milk? 

A sip of wine to cool off your day?

Nope, and neither am I to say that was the best day starter.

Readily I am to pull the trigger by saying “over it are nineteen” on every bed I woke up.

Relatives, teachers and friends, the ‘nineteen’ reveal a big secret, a miracles that shine through the mirror. “It was only HIM and there are no three, Him and only Him”.

It was the first sentenced in every chapter. Sealed , lock by the darkest side of people’s heart.

Last night, I was keep dreaming on while I’m keep me head off away listening to the ‘”Yussof” sounds.

I knew, it was them, them. 

The secret then revealed, itself.